Daftar Isi
Pengenalan
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat menyebabkan Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Penyakit ini mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia, melemahkannya, dan membuatnya rentan terhadap infeksi dan penyakit lainnya. AIDS tidak memiliki pengobatan yang efektif, sehingga penting untuk memahami gejala yang timbul akibat infeksi penyakit AIDS.
Gejala Awal
Setelah terinfeksi HIV, seseorang mungkin tidak merasakan gejala apa pun selama beberapa minggu atau bulan. Namun, beberapa orang mungkin mengalami gejala flu seperti demam, sakit kepala, lelah, nyeri otot, dan kelenjar bengkak. Gejala ini biasanya hilang dengan sendirinya dan sering kali tidak dikaitkan dengan AIDS.
Gejala Flu-Like
Gejala flu-like yang muncul pada tahap awal infeksi HIV dapat mirip dengan gejala flu biasa. Seseorang mungkin mengalami demam, sakit kepala, tubuh lelah, nyeri otot, dan kelenjar getah bening yang membengkak. Gejala ini terjadi karena tubuh sedang berusaha melawan virus HIV yang baru masuk ke dalam sistem.
Gejala Ringan
Gejala awal infeksi HIV seringkali ringan dan tidak spesifik, sehingga seringkali diabaikan atau tidak dikaitkan dengan penyakit AIDS. Seseorang mungkin hanya menganggapnya sebagai flu biasa atau penyakit ringan lainnya. Namun, penting untuk memperhatikan gejala ini karena dapat menjadi tanda awal infeksi HIV.
Tanda-tanda Lebih Awal
Selain gejala flu-like, ada beberapa tanda dan gejala lain yang dapat muncul pada tahap awal infeksi HIV. Tanda-tanda ini meliputi ruam kulit, sakit tenggorokan, berkurangnya nafsu makan, diare, mual, dan mual-mual. Tanda-tanda ini dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya dan tidak selalu muncul pada semua orang yang terinfeksi HIV.
Perubahan pada Sistem Kekebalan Tubuh
Infeksi HIV merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi rentan terhadap infeksi dan penyakit lainnya. Gejala awal HIV terjadi karena sistem kekebalan tubuh sedang berusaha melawan virus. Namun, seiring berjalannya waktu, HIV akan terus merusak sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan gejala yang lebih serius.
Gejala Lanjutan
Seiring berjalannya waktu, HIV akan terus merusak sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan gejala yang lebih serius. Gejala lanjutan AIDS meliputi:
1. Infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang berkembang pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Pada tahap lanjut AIDS, sistem kekebalan tubuh sudah sangat terganggu, sehingga tubuh menjadi rentan terhadap infeksi yang biasanya tidak berbahaya bagi orang dengan sistem kekebalan yang normal. Beberapa contoh infeksi oportunistik yang umum terjadi pada penderita AIDS adalah pneumonia, tuberkulosis, infeksi jamur, dan infeksi virus yang mempengaruhi sistem saraf seperti ensefalitis.
2. Kanker
Penderita AIDS juga lebih rentan terhadap beberapa jenis kanker. Sistem kekebalan yang lemah mempengaruhi kemampuan tubuh dalam melawan pertumbuhan sel yang tidak normal. Beberapa jenis kanker yang lebih sering terjadi pada penderita AIDS adalah kanker serviks, kanker hati, dan limfoma.
3. Penurunan Berat Badan
Salah satu gejala umum yang timbul akibat infeksi penyakit AIDS adalah penurunan berat badan yang signifikan. Penurunan berat badan ini terjadi karena tubuh sulit menyerap nutrisi dengan baik dan sistem metabolisme yang terganggu. Selain itu, infeksi oportunistik dan gangguan pencernaan juga dapat menyebabkan penurunan berat badan.
4. Diare Kronis
Diare yang berkepanjangan dan sulit diatasi adalah gejala yang sering terjadi pada penderita AIDS. Infeksi oportunistik dan gangguan pencernaan dapat menyebabkan diare yang berkepanjangan dan sulit dikendalikan. Diare kronis dapat menyebabkan dehidrasi dan kehilangan nutrisi yang penting bagi tubuh.
5. Demensia AIDS
Demensia AIDS adalah gangguan neurologis yang terjadi pada tahap lanjut AIDS. Penderita mengalami penurunan fungsi kognitif, kesulitan berbicara, dan perubahan perilaku. Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf akibat infeksi oportunistik atau efek langsung dari HIV pada otak.
6. Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Penderita AIDS juga lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan atas seperti bronkitis dan sinusitis. Infeksi ini sulit sembuh dan sering kambuh berulang karena sistem kekebalan tubuh yang lemah tidak mampu melawan infeksi dengan efektif.
7. Infeksi Kulit dan Selaput Lendir
Infeksi kulit dan selaput lendir, seperti sariawan dan infeksi jamur pada mulut, sering terjadi pada penderita AIDS. Sistem kekebalan yang lemah membuat tubuh sulit melawan infeksi tersebut. Infeksi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan masalah dalam makan dan berbicara.
8. Gangguan Psikologis
Penderita AIDS juga rentan mengalami gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Diagnosa penyakit yang serius dan perubahan gaya hidup yang drastis dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Selain itu, efek langsung dari HIV pada otak juga dapat menyebabkan gejala psikologis.
9. Penyakit Jantung
AIDS juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung seperti serangan jantung dan penyakit arteri koroner. Sistem kekebalan yang lemah mempengaruhi kesehatan seluruh tubuh, termasuk jantung. Penyakit jantung pada penderita AIDS seringkali lebih serius dan berisiko tinggi.
10. Infeksi Menular Seksual
Penderita AIDS memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi penyakit menular seksual seperti sifilis, gonore, dan herpes genital. Sistem kekebalan yang lemah membuat tubuh sulit melawan infeksi ini. Selain itu, perubahan perilaku seksual yang mungkin terjadi pada penderita AIDS juga dapat meningkatkan risiko terinfeksi penyakit menular seksual.
Kesimpulan
Infeksi penyakit AIDS dapat menyebabkan berbagai gejala yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental penderitanya. Gejala-gejala ini meliputi gejala awal seperti gejala flu-like, ruam kulit, sakit tenggorokan, berkurangnya nafsu makan, diare, mual, dan mual-mual. Gejala lanjutan AIDS meliputi infeksi oportunistik, kanker, penurunan berat badan, diare kronis, demensia AIDS, infeksi saluran pernapasan atas, infeksi kulit dan selaput lendir, gangguan psik
11. Gangguan Pencernaan
Penderita AIDS sering mengalami gangguan pencernaan seperti mual, muntah, dan gangguan penyerapan nutrisi. Infeksi oportunistik pada saluran pencernaan dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang kronis. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan berat badan, kekurangan nutrisi, dan kelemahan tubuh.
12. Gangguan Pernapasan
Pneumonia adalah salah satu infeksi oportunistik yang umum terjadi pada penderita AIDS. Infeksi ini dapat menyebabkan gejala seperti batuk, sesak napas, dan nyeri dada. Kondisi ini dapat menjadi serius dan mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.
13. Nyeri dan Kekakuan Sendi
Penderita AIDS sering mengalami nyeri dan kekakuan sendi yang disebabkan oleh peradangan pada sendi. Infeksi oportunistik seperti arthritis reaktif atau kondisi autoimun dapat menyebabkan gejala ini. Nyeri dan kekakuan sendi dapat mempengaruhi mobilitas dan kualitas hidup penderitanya.
14. Kelelahan Kronis
Kelelahan yang berkepanjangan dan berat adalah gejala umum pada penderita AIDS. Penyakit ini mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menguras energi penderitanya. Kelelahan kronis dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan meningkatkan risiko depresi dan gangguan tidur.
15. Gangguan Penglihatan
Penderita AIDS berisiko mengalami gangguan penglihatan seperti infeksi mata, retinitis, dan katarak. Infeksi oportunistik pada mata dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada retina, yang dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan. Gangguan penglihatan dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
16. Masalah Kulit
Infeksi kulit seperti herpes zoster dan kandidiasis pada kulit sering terjadi pada penderita AIDS. Selain itu, penderita AIDS juga lebih rentan terhadap dermatitis, ruam kulit, dan infeksi jamur pada kulit. Gangguan kulit ini dapat menyebabkan rasa gatal, kemerahan, dan ketidaknyamanan pada penderitanya.
17. Gangguan Pada Sistem Saraf
Infeksi HIV dapat mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan gangguan neurologis. Penderita AIDS sering mengalami gejala seperti nyeri neuropatik, kesemutan, kelemahan otot, dan gangguan keseimbangan. Infeksi oportunistik pada sistem saraf juga dapat menyebabkan ensefalitis, meningitis, dan gangguan perilaku.
18. Masalah Kognitif
Penderita AIDS dapat mengalami gangguan kognitif seperti kesulitan konsentrasi, kehilangan memori, dan kesulitan dalam berpikir. Hal ini disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf akibat infeksi oportunistik atau efek langsung dari HIV pada otak. Masalah kognitif dapat mempengaruhi kemampuan penderitanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
19. Gangguan Pada Sistem Kardiovaskular
Penyakit AIDS dapat mempengaruhi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Penderita AIDS berisiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung seperti serangan jantung, penyakit arteri koroner, dan hipertensi. Sistem kekebalan yang lemah dan peradangan kronis pada tubuh dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
20. Gangguan Pada Sistem Pernapasan
Infeksi oportunistik pada saluran pernapasan dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan penderita AIDS. Pneumonia, bronkitis, dan tuberkulosis adalah beberapa infeksi yang umum terjadi pada penderita AIDS. Gejala yang mungkin timbul termasuk batuk, sesak napas, nyeri dada, dan produksi dahak yang berlebihan.
21. Gangguan Gastrointestinal
Gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, diare kronis, dan nyeri perut sering terjadi pada penderita AIDS. Infeksi oportunistik pada saluran pencernaan dapat menyebabkan peradangan dan gangguan penyerapan nutrisi. Gangguan gastrointestinal dapat mempengaruhi kualitas hidup dan menyebabkan kekurangan nutrisi pada penderitanya.
22. Infeksi pada Saluran Kemih
Infeksi pada saluran kemih seperti infeksi kandung kemih dan pielonefritis sering terjadi pada penderita AIDS. Sistem kekebalan yang lemah membuat tubuh sulit melawan infeksi bakteri pada saluran kemih. Infeksi ini dapat menyebabkan nyeri saat buang air kecil, perubahan frekuensi buang air kecil, dan demam.
23. Masalah pada Saluran Pencernaan
Infeksi oportunistik pada saluran pencernaan dapat menyebabkan masalah seperti peradangan usus, diare kronis, dan penurunan nafsu makan. Gangguan pencernaan ini dapat mengakibatkan penurunan berat badan, kekurangan nutrisi, dan ketidaknyamanan pada penderita AIDS.
24. Gangguan Pada Sistem Reproduksi
Penderita AIDS dapat mengalami gangguan pada sistem reproduksi seperti infeksi pada organ reproduksi dan gangguan hormonal. Infeksi oportunistik pada organ reproduksi dapat menyebabkan peradangan, nyeri, dan gangguan kesuburan. Gangguan hormonal juga dapat terjadi akibat kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.
25. Gangguan Mental dan Emosional
Penderita AIDS sering mengalami gangguan mental dan emosional seperti depresi, kecemasan, dan stres. Diagnosa penyakit yang serius, perubahan gaya hidup, dan isolasi sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental penderita AIDS. Penting untuk memberikan dukungan psikologis dan emosional kepada penderita AIDS untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
26. Kesulitan Menelan
Infeksi oportunistik pada saluran pencernaan dan mulut dapat menyebabkan kesulitan menelan pada penderita AIDS. Hal ini dapat mengakibatkan kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan masalah nutrisi. Penderita AIDS mungkin membutuhkan bantuan makanan yang lebih mudah ditelan.
27. Infeksi pada Tulang dan Sendi
Infeksi oportunistik pada tulang dan sendi dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada jaringan. Penderita AIDS berisiko mengalami infeksi tulang, arthritis, dan osteoporosis. Infeksi ini dapat menyebabkan nyeri, kekakuan, dan penurunan fungsi pada tulang dan sendi.
28. Gangguan pada Sistem Hematologi
Penyakit AIDS dapat mempengaruhi sistem hematologi, yang melibatkan darah dan organ yang memproduksi darah. Penderita AIDS berisiko mengalami penurunan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Hal ini dapat menyebabkan anemia, peningkatan risiko infeksi, dan masalah pembekuan darah.
29. Gangguan pada Sistem Endokrin
Penderita AIDS dapat mengalami gang
29. Gangguan pada Sistem Endokrin
Penderita AIDS dapat mengalami gangguan pada sistem endokrin, yang mengatur produksi hormon dalam tubuh. Infeksi HIV dan peradangan kronis dapat mempengaruhi kelenjar endokrin, seperti kelenjar tiroid, hipofisis, dan kelenjar adrenal. Gangguan pada sistem endokrin dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang dapat mempengaruhi berbagai fungsi tubuh.
30. Gangguan pada Sistem Renal
Infeksi oportunistik pada saluran kemih dan peradangan pada ginjal dapat menyebabkan gangguan pada sistem renal. Penderita AIDS berisiko mengalami infeksi ginjal, pielonefritis, dan gagal ginjal. Gangguan pada sistem renal dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, peningkatan risiko komplikasi, dan perluasan penyakit.
31. Gejala Psikiatrik
Penderita AIDS juga dapat mengalami gejala psikiatrik seperti halusinasi, delusi, dan gangguan kepribadian. Infeksi oportunistik pada sistem saraf dapat mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan gejala psikiatrik. Gejala ini dapat mempengaruhi kualitas hidup dan memerlukan perhatian medis yang tepat.
32. Gangguan pada Sistem Kelenjar Getah Bening
Infeksi HIV dapat menyebabkan peradangan pada kelenjar getah bening, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Penderita AIDS sering mengalami pembengkakan kelenjar getah bening yang dapat terjadi di berbagai bagian tubuh. Pembengkakan ini dapat menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan, dan penurunan fungsi kekebalan tubuh.
33. Masalah pada Sistem Reproduksi
Infeksi HIV dapat mempengaruhi sistem reproduksi pada pria dan wanita. Pada pria, infeksi HIV dapat menyebabkan peradangan pada testis dan prostat. Pada wanita, infeksi HIV dapat menyebabkan peradangan pada vagina dan serviks. Kondisi ini dapat mempengaruhi kesuburan dan meningkatkan risiko infeksi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan HIV.
34. Masalah pada Sistem Tulang
Penderita AIDS berisiko mengalami masalah pada sistem tulang seperti osteoporosis, osteopenia, dan penurunan kepadatan tulang. Infeksi oportunistik pada tulang dan peradangan yang kronis dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tulang. Gangguan pada sistem tulang dapat meningkatkan risiko patah tulang dan mengurangi kualitas hidup penderita AIDS.
35. Gangguan pada Sistem Limfatik
Infeksi HIV dapat mempengaruhi sistem limfatik, yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit. Penderita AIDS sering mengalami peradangan dan gangguan pada kelenjar getah bening, limpa, dan jaringan limfatik lainnya. Gangguan pada sistem limfatik dapat menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan penurunan fungsi kekebalan tubuh.
36. Gangguan pada Sistem Vaskular
Penyakit AIDS dapat mempengaruhi kesehatan sistem vaskular, yang melibatkan pembuluh darah dalam tubuh. Penderita AIDS berisiko mengalami peradangan pada pembuluh darah, penyempitan pembuluh darah, dan kerusakan pada dinding pembuluh darah. Gangguan pada sistem vaskular dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, tekanan darah tinggi, dan masalah sirkulasi.
37. Gangguan pada Sistem Kognitif
Infeksi HIV dapat mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan gangguan pada sistem kognitif. Penderita AIDS sering mengalami gangguan memori, kesulitan konsentrasi, dan penurunan kemampuan berpikir. Gangguan pada sistem kognitif dapat mempengaruhi kemampuan sehari-hari, kualitas hidup, dan interaksi sosial penderita AIDS.
38. Masalah pada Sistem Penciuman
Penderita AIDS dapat mengalami masalah pada sistem penciuman seperti penurunan indera penciuman atau anosmia. Infeksi oportunistik pada hidung atau peradangan pada sinus dapat menyebabkan gangguan pada sistem penciuman. Masalah ini dapat mempengaruhi kemampuan menikmati makanan, mengenali bau berbahaya, dan mempengaruhi kualitas hidup penderita AIDS.
39. Gangguan pada Sistem Pendengaran
Infeksi HIV dan peradangan pada telinga dapat menyebabkan gangguan pada sistem pendengaran. Penderita AIDS berisiko mengalami gangguan pendengaran seperti tuli sebagian atau tuli total. Gangguan pendengaran dapat mempengaruhi komunikasi, interaksi sosial, dan kualitas hidup penderita AIDS.
40. Gangguan pada Sistem Pencernaan
Infeksi oportunistik pada saluran pencernaan dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan penderita AIDS. Penderita AIDS sering mengalami masalah seperti peradangan usus, diare kronis, mual, muntah, dan gangguan penyerapan nutrisi. Gangguan pada sistem pencernaan dapat menyebabkan penurunan berat badan, kekurangan nutrisi, dan ketidaknyamanan pada penderita AIDS.
41. Gangguan pada Sistem Peredaran Darah
Penyakit AIDS dapat mempengaruhi kesehatan sistem peredaran darah, yang melibatkan jantung dan pembuluh darah dalam tubuh. Penderita AIDS berisiko mengalami gangguan pada sistem peredaran darah seperti penyakit arteri koroner, penyakit vaskular perifer, dan hipertensi. Gangguan pada sistem peredaran darah dapat meningkatkan risiko komplikasi dan mempengaruhi kualitas hidup penderita AIDS.
42. Gangguan pada Sistem Reproduksi
Infeksi HIV dapat mempengaruhi sistem reproduksi pada pria dan wanita. Pada pria, infeksi HIV dapat menyebabkan peradangan pada testis dan prostat. Pada wanita, infeksi HIV dapat menyebabkan peradangan pada vagina dan serviks. Kondisi ini dapat mempengaruhi kesuburan dan meningkatkan risiko infeksi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan HIV.
43. Masalah pada Sistem Tulang
Penderita AIDS berisiko mengalami masalah pada sistem tulang seperti osteoporosis, osteopenia, dan penurunan kepadatan tulang. Infeksi oportunistik pada tulang dan peradangan yang kronis dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tulang. Gangguan pada sistem tulang dapat meningkatkan risiko patah tulang dan mengurangi kualitas hidup penderita AIDS.
44. Gangguan pada Sistem Limfatik
Infeksi HIV dapat mempengaruhi sistem limfatik, yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit. Penderita AIDS sering mengalami peradangan dan gangguan pada kelenjar getah bening, limpa, dan jaringan limfatik lainnya. Gangguan pada sistem limfatik dapat menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan penurunan fungsi kekebalan tubuh.
45. Gangguan pada Sistem Vaskular
Penyakit AIDS dapat mempengaruhi kesehatan sistem vaskular, yang melibatkan pembuluh darah dalam tubuh. Penderita AIDS berisiko mengalami peradangan pada pembuluh darah, penyempitan pembuluh darah, dan kerusakan pada d
45. Gangguan pada Sistem Vaskular
Penyakit AIDS dapat mempengaruhi kesehatan sistem vaskular, yang melibatkan pembuluh darah dalam tubuh. Penderita AIDS berisiko mengalami peradangan pada pembuluh darah, penyempitan pembuluh darah, dan kerusakan pada dinding pembuluh darah. Gangguan pada sistem vaskular dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, tekanan darah tinggi, dan masalah sirkulasi.
46. Gangguan pada Sistem Kognitif
Infeksi HIV dapat mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan gangguan pada sistem kognitif. Penderita AIDS sering mengalami gangguan memori, kesulitan konsentrasi, dan penurunan kemampuan berpikir. Gangguan pada sistem kognitif dapat mempengaruhi kemampuan sehari-hari, kualitas hidup, dan interaksi sosial penderita AIDS.
47. Masalah pada Sistem Penciuman
Penderita AIDS dapat mengalami masalah pada sistem penciuman seperti penurunan indera penciuman atau anosmia. Infeksi oportunistik pada hidung atau peradangan pada sinus dapat menyebabkan gangguan pada sistem penciuman. Masalah ini dapat mempengaruhi kemampuan menikmati makanan, mengenali bau berbahaya, dan mempengaruhi kualitas hidup penderita AIDS.
48. Gangguan pada Sistem Pendengaran
Infeksi HIV dan peradangan pada telinga dapat menyebabkan gangguan pada sistem pendengaran. Penderita AIDS berisiko mengalami gangguan pendengaran seperti tuli sebagian atau tuli total. Gangguan pendengaran dapat mempengaruhi komunikasi, interaksi sosial, dan kualitas hidup penderita AIDS.
49. Gangguan pada Sistem Pencernaan
Infeksi oportunistik pada saluran pencernaan dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan penderita AIDS. Penderita AIDS sering mengalami masalah seperti peradangan usus, diare kronis, mual, muntah, dan gangguan penyerapan nutrisi. Gangguan pada sistem pencernaan dapat menyebabkan penurunan berat badan, kekurangan nutrisi, dan ketidaknyamanan pada penderita AIDS.
50. Gangguan pada Sistem Peredaran Darah
Penyakit AIDS dapat mempengaruhi kesehatan sistem peredaran darah, yang melibatkan jantung dan pembuluh darah dalam tubuh. Penderita AIDS berisiko mengalami gangguan pada sistem peredaran darah seperti penyakit arteri koroner, penyakit vaskular perifer, dan hipertensi. Gangguan pada sistem peredaran darah dapat meningkatkan risiko komplikasi dan mempengaruhi kualitas hidup penderita AIDS.
Kesimpulan
Infeksi penyakit AIDS dapat menyebabkan berbagai gejala yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental penderitanya. Gejala-gejala ini meliputi gejala awal seperti gejala flu-like, ruam kulit, sakit tenggorokan, berkurangnya nafsu makan, diare, mual, dan mual-mual. Gejala lanjutan AIDS meliputi infeksi oportunistik, kanker, penurunan berat badan, diare kronis, demensia AIDS, infeksi saluran pernapasan atas, infeksi kulit dan selaput lendir, gangguan psikologis, penyakit jantung, dan infeksi menular seksual. Penting untuk menjaga kesehatan dan menghindari risiko terinfeksi HIV melalui tindakan pencegahan seperti penggunaan kondom saat berhubungan seks, menjaga kebersihan diri, serta menghindari penggunaan jarum suntik bersama.
Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang AIDS agar masyarakat dapat mengenali gejala yang timbul akibat infeksi penyakit AIDS. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang gejala dan dampak penyakit ini, diharapkan dapat meningkatkan upaya pencegahan, deteksi dini, dan penanganan yang tepat bagi penderita AIDS.