Ketika berbicara tentang tes penyakit, seringkali kita mendengar istilah IGG dan IGM. Apa sebenarnya perbedaan antara IGG dan IGM? Apakah keduanya sama pentingnya dalam diagnosis penyakit? Mari kita simak penjelasan berikut ini.
Daftar Isi
Apa itu IGG?
IGG adalah kependekan dari imunoglobulin G. Imunoglobulin G merupakan salah satu jenis antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap infeksi atau antigen yang masuk ke dalam tubuh. IGG memiliki peran penting dalam memberikan kekebalan jangka panjang terhadap infeksi.
IGG biasanya mulai muncul dalam darah beberapa minggu setelah terinfeksi penyakit tertentu, dan tingkatnya akan tetap tinggi dalam waktu yang lama, bahkan setelah pemulihan. Keberadaan IGG dalam darah dapat menjadi indikator adanya paparan sebelumnya terhadap suatu penyakit tertentu.
Apa itu IGM?
IGM adalah kependekan dari imunoglobulin M. Imunoglobulin M adalah jenis antibodi pertama yang diproduksi oleh tubuh sebagai respons terhadap infeksi baru. IGM biasanya muncul dalam darah beberapa hari setelah terinfeksi penyakit.
Tingkat IGM dalam darah cenderung menurun setelah beberapa minggu, dan produksinya akan digantikan oleh IGG. Munculnya IGM dalam darah dapat menjadi indikator adanya infeksi yang sedang aktif atau baru-baru ini terjadi.
Perbedaan Waktu dan Tingkat Keberadaan
Perbedaan utama antara IGG dan IGM terletak pada waktu munculnya dalam darah dan tingkat keberadaannya. IGM muncul lebih awal dalam respons kekebalan tubuh, sedangkan IGG muncul beberapa minggu setelah infeksi.
Tingkat IGG dalam darah akan tetap tinggi dalam waktu yang lama, memberikan kekebalan jangka panjang terhadap infeksi yang sama. Sementara itu, tingkat IGM cenderung menurun setelah beberapa minggu dan digantikan oleh IGG.
Peran Dalam Diagnosis Penyakit
Berdasarkan perbedaan waktu muncul dan tingkat keberadaannya, IGM seringkali digunakan sebagai indikator awal dalam diagnosis penyakit. Deteksi IGM yang tinggi dalam darah dapat menunjukkan infeksi yang sedang aktif atau baru-baru ini terjadi.
Sementara itu, IGG sering digunakan untuk mengkonfirmasi keberadaan infeksi sebelumnya dan memberikan informasi tentang kekebalan jangka panjang terhadap penyakit tertentu. Tingkat IGG yang tinggi dalam darah dapat menunjukkan adanya paparan sebelumnya terhadap suatu penyakit.
Contoh Penggunaan IGG dan IGM dalam Diagnosis COVID-19
Salah satu contoh penggunaan IGG dan IGM dalam diagnosis penyakit adalah pada pandemi COVID-19. Tes IGM COVID-19 dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi yang sedang aktif, sedangkan tes IGG COVID-19 dapat mengkonfirmasi paparan sebelumnya terhadap virus tersebut.
Hasil tes IGM yang positif menunjukkan kemungkinan adanya infeksi yang sedang aktif, sementara hasil tes IGG yang positif menunjukkan bahwa seseorang telah terinfeksi COVID-19 dan telah mengembangkan kekebalan jangka panjang terhadap virus tersebut.
Kesimpulan
Dalam diagnosis penyakit, IGG dan IGM memiliki peran yang penting. IGM seringkali digunakan sebagai indikator awal dalam mendeteksi infeksi yang sedang aktif atau baru-baru ini terjadi, sementara IGG digunakan untuk mengkonfirmasi keberadaan infeksi sebelumnya dan memberikan informasi tentang kekebalan jangka panjang.
Perbedaan waktu muncul dan tingkat keberadaan IGG dan IGM membuat keduanya memiliki peran yang saling melengkapi dalam diagnosis penyakit. Dalam kasus COVID-19, tes IGM dan IGG dapat digunakan untuk memahami status infeksi seseorang dan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam penanganan penyakit.